بِسْـــــــــمِ اَللّهِ الرّحْمن الرّحيم
Post pada kali ini bercerita pula tentang perkara yang kelihatan seperti simple, tapi sebenarnya perkara inilah yang sedikit demi sedikit memakan diri sendiri kalau tidak berjaya dikawal dengan baik. Itulah dia 'si nafsu' yang sangat rakus.
Hawa nafsu adalah kecenderungan jiwa kepada sesuatu, baik berupa kebaikan atau keburukan. Setiap ayat Al-Qur'an yang menyebut tentang hawa nafsu, selalu dalam bentuk pencelaan, di samping mengingatkan agar kita tidak mengikuti dan cenderung kepadanya.
Demikian halnya dengan Hadis Nabawi, jika berbicara mengenai hawa nafsu senantiasa mengatakannya sebagai hal yang tercela. Kecuali pada sebahagian hadis, misalnya sabda Rasulullah S.A.W., "Tidaklah beriman salah seorang dari kalian, sehingga hawa nafsunya tunduk terhadap apa yang aku bawa."
Hawa nafsu adalah sesembahan selain Allah yang paling buruk. Nabi S.A.W bersabda, "Di kolong langit ini, tidak ada tuhan yang disembah yang lebih besar dalam pandangan Allah selain dari hawa nafsu yang dituruti." (HR. Ahmad)
Yang demikian itu, kerana hawa
nafsu mampu mengubah banyak jiwa manusia; daripada baik menjadi buruk, daripada adil
menjadi zalim, daripada tauhid menjadi
syirik, daripada lurus menjadi bengkok, dan daripada sunnah menjadi bid'ah.
Oleh sebab
itu, para ahli bid'ah disebut dengan 'hamba
hawa nafsu'.
"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai tuhannya dan Allah
membiarkannya sesat berdasarkan ilmuNya, dan Allah telah mengunci mati
pendengaran dan hatinya dan meletakkan
tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk
sesudah Allah (membiarkannya
sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?"
(Al Jatsiyah: 23).
"Terangkanlah kepadaku tentang orang yang
menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadikan
pemelihara atasnya? Atau apakah
kamu mengira bahawa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? Mereka itu
tidak lain hanyalah seperti
binatang ternak, bahkan lebih sesat jalannya (daripada binatang ternak itu)."
(Al Furqan: 43-44)
Dalam Al Qur'an terkadang Allah Ta'ala mengumpamakan para
ahli bid'ah dan yang selalu memperturutkan hawa nafsunya dengan
anjing, keldai atau dengan binatang ternak.
"Dan bacakanlah kepada mereka
berita orang yang telah Kami berikan
kepadanya ayat-ayat kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia
melepaskan diri daripada ayat-ayat itu, lalu
dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang
yang sesat.
Dan kalau Kami
menghendaki, sesungguhnya kami tinggikan (darjatnya) dengan ayat-ayat itu,
tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan
hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya dihulurkannya
lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia menghulurkan lidahnya (juga).
Demikian
itulah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu
agar mereka berfikir. Amat buruklah
perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka
sendirilah mereka berbuat
zalim." (Al A'raf : 175-177).
Di ayat lain Allah Ta'ala berfirman: "Seakan-akan
mereka itu keldai liar yang lari terkejut, lari dari
singa."(Al Mudatstsir: 50-51)
Allah Ta'ala memperingatkan nabi-Nya Muhammad S.A.W. supaya tidak menuruti hawa nafsu orang-orang musyrik.
Allah Ta'ala berfirman, "Maka kerana itu serulah (mereka kepada agama itu)
dan tetaplah sebagaimana
diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah
: "Aku beriman kepada semua kitab
yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil antara kamu
sekalian." (Asy-Syura: 15)
Juga agar
tidak mengikuti hawa nafsu orang-orang yahudi dan nasrani. "Orang-orang
yahudi dan nasrani tidak akan senang
kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka."
Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk
(yang benar)." Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah
pengetahuan datang kepadamu, maka Allah
tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu." (Al Baqarah: 120)
Selanjutnya Allah menjelaskan penyimpangan dan kebejatan
orang-orang musyrik dalam firmanNya,
"Dan sesungguhnya jika kamu
mendatangkan kepada orang-orang (yahudi dan nasrani) yang diberi Al Kitab
(Taurat dan Injil), semua ayat (keterangan), mereka
tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamupun tidak akan mengikuti kiblat mereka.
Dan sebahagian merekapun tidak akan
mengikuti kiblat sebahagian yang lain. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti hawa
nafsu mereka setelah datang ilmu
kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang
zalim." (Al-Baqarah: 145)
Allah memerintahkan melalui kitab dan lisan RasulNya, agar
kita menentukan hukum antara manusia dengan adil. Di samping
memperingatkan kita agar tidak mengikuti hawa nafsu dengan cenderung kepada
salah seorang yang berselisih secara tidak benar.
"Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar
penegak keadilan, menjadi saksi kerana Allah,
biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya
ataupun miskin, maka Allah lebih
tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu kerana ingin
menyimpang dari kebenaran. Dan jika
kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya
Allah adalah Maha Mengetahui
segala apa yang kamu kerjakan."(An Nisa': 135)
Allah memberitahukan bahawa mengikuti hawa nafsu akan
menyesatkan seseorang dari jalanNya.
"Hai Daud, sesungguhnya Kami
menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan
(perkara) antara manusia dengan adil
dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, maka ia akan menyesatkan kamu dari
jalan Allah." (Shad :26)
Kemudian
Allah menjelaskan kesudahan orang-orang yang tersesat dari jalanNya, dengan
firmanNya, "Sesungguhnya
orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, kerana
mereka melupakan hari perhitungan."
(Shad: 26)
Dalam Al Musnad dijelaskan bahawa Anas r.a. berkata, Rasul S.A.W. bersabda, "Ada tiga buah perkara
yang membinasakan dan tiga perkara lain yang menyelamatkan. Adapun yang
membinasakan iaitu; kikir yang dituruti,
hawa nafsu yang diikuti, dan 'ujub (bangga) terhadap diri sendiri. Sedangkan
yang menyelamatkan iaitu bertakwa
kepada Allah, baik dalam keadaan rahsia atau terang-terangan, adil ketika
marah atau redha (senang) dan berlaku
sederhana, baik ketika miskin atau kaya."
Ibnul Qayyim dalam kitabnya Raudhatul Muhibbin menyebutkan,
"Sesungguhnya orang yang mengikuti hawa nafsunya tidak berhak untuk
ditaati, tidak boleh menjadi imam dan tidak boleh diikuti. Allah Ta'ala
memecatnya dari imamah (kepemimpinan),
serta melarang kita mentaatinya."
Adapun pemecatannya dari imamah adalah
berdasarkan firman Allah Ta'ala,
"Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia,"
Ibrahim berkata: (Dan saya mohon juga) dari keturunanku. Allah
berfirman: "JanjiKu ini tidak mengenai orang-orang yang zalim."(Al
Baqarah:124)
Dan setiap orang yang mengikuti hawa nafsunya tanpa
diragukan lagi, ia adalah termasuk orang-orang yang zalim. Allah berfirman,
"Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu
pengetahuan." (Ar Ruum: 29)
Adapun larangan
mentaati orang yang mengikuti hawa nafsu terdapat dalam firman Allah, "Dan
janganlah kamu mengikuti orang yang
hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya
dan adalah keadaannya itu
melewati batas." (Al Kahfi:28)
Dalam kitab yang sama, Ibnul Qayyim berkata,
"Sesungguhnya hawa nafsu itu adalah suatu larangan, yang dengannya sekeliling neraka
Jahannam dikitari. Maka barang siapa terjerumus ke dalam hawa nafsu maka ia
terjerumus ke dalam api Jahannam.
Disebutkan
dalam Shahihain, bahawasanya Rasul S.A.W. bersabda,
"Syurga itu dikelilingi dengan hal-hal yang
dibenci dan neraka itu dikelilingi dengan berbagai (nafsu) syahwat."
Dalam
sebuah hadis marfu' dari Abu Hurairah
diriwayatkan, "Ketika Allah menciptakan syurga, Allah telah mengutus Jibril ke sana.
Allah berfirman, "Lihatlah ke sana dan lihatlah
apa-apa yang Aku sediakan untuk para penghuninya." Lalu Jibril mendatangi
dan melihatnya, juga melihat apa yang disediakan Allah untuk para
penghuninya, lalu ia berkata, "Demi kemuliaan dan keagunganMu, tidaklah salah seorang dari
hambaMu mendengar tentang beritanya kecuali (akan) memasukinya."
Kemudian
Allah memerintahkannya
(syurga) sehingga ia dikelilingi dengan hal-hal yang dibenci, lalu Allah
berfirman kepada Jibril, "Kembalilah dan
lihatlah syurga." lalu ia kembali dan melihat kepadanya, sedang ia telah
dikelilingi dengan hal-hal yang dibenci, maka Jibril
berkata, "Demi kemuliaan dan keagunganMu, sungguh aku takut tidak
seorangpun akan memasukinya.
Lalu Allah berfirman kepadanya, "Pergilah
ke neraka dan lihatlah ia sekaligus apa yang Kusediakan untuk para
penghuninya."
Lalu Jibril datang melihat neraka dan apa yang disediakan
untuk para penghuninya. Neraka itu sebahagiannya
tersusun atas sebagian yang lain, ia lalu berkata, "Demi kemuliaan dan
kebesaranMu, tidaklah seseorang mendengar
tentangnya kemudian (mahu) memasukinya."
Kemudian Allah menyuruhnya, lalu
neraka itu dikelillingi dengan (nafsu) syahwat,
lalu Allah berfirman kepada Jibril, "Kembali dan lihatlah padanya. "
Kemudian Jibril kembali melihat neraka, lalu ia
berkata, "Demi kemuliaan dan keagunganMu, sungguh aku takut tidak
seorangpun akan selamat daripadanya." Imam
Tirmidzi berkata, hadis ini adalah hasan sohih.
Ibnul Qayyim dalam soal keutamaan melawan hawa nafsu
berkomentar, "Sesungguhnya melawan hawa nafsu bagi seorang hamba
melahirkan suatu kekuatan di badan, hati dan lisannya."
Sebagian salaf
berkata, "Orang yang boleh mengalahkan nafsunya
lebih kuat daripada orang yang menakluk sebuah kota dengan seorang
diri."
Dalam hadis sahih disebutkan,
"Tidaklah orang yang kuat itu yang menang dalam bergulat, tetapi orang
yang kuat adalah orang yang dapat menguasai hawa
nafsunya ketika ia marah."
Semoga Allah menjauhkan kita dari kesalahan, kealpaan dan
cinta kepada hawa nafsu. Semoga pula Ia menjadikan kita di antara
orang-orang yang takut dan bertakwa kepadaNya. Amin ....
Sumber :
Al-Islam - Pusat
Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia